Selasa, 24 November 2009

Konsultasi tentang Anak Pendiam

Assallamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh.
Yth. ustadz/ustadzah.

Kami ingin konsultasi mengenai problem anak kami. Anak kami sekarang berumur 10 tahun duduk dikelas IV SD, sampai saat ini yang menjadi masalah adalah kesulitan bersosialisasi baik dengan teman maupun orang lain (terutama yang baru dikenal). Ketika diajak berkumpul
dengan teman atau orang lain dia hanya nguntit dibelakang ibunya, ketika disapa teman/orang lain dia tidak mau menjawab dan berubah menjadi pendiam. Perlu diketahui anak kami jika dirumah normal-normal saja, baik bicara maupun perilakunya, bahkan dia termasuk anak yang berprestasi disekolahnya. Mohon saran dari ustadz/ustadzh, apa yang harus kami lakukan. Apakah anak kami perlu terapi/penangan khusus ? Sebelumnya kami ucapkan terima kasih, dan mohon maaf.

Wassalamu'alaikum Warahmatullohi Wabaratuh.
Hormat kami,
Bapak M.A.
===================================================================
Wa'alaikumsalam Warahmatullohi Wabarakatuh.
Pertama-tama, terimakasih telah berbagi kisah tentang anak dengan kami.
Kedua, sebelum membahas tentang permasalahan anak, kami ingin sampaikan sudut pandang umum terlebih dahulu. Setiap anak (sebagaimana semua manusia) adalah unik, berbeda satu sama lain. Maha besar Allah yang telahmenciptakannya. Oleh karena itu, masalah yang sama antara satu anak dengan yang lain belum tentu memiliki latar belakang sama, dan belum tentu jugamemiliki solusi yang sama. Maka setiap masalah anak, perlu ditelusuri kekhasannya sehingga kita dapat menemukan akar masalah untuk menyusun solusi dari situ.
Ketiga, masalah kesulitan bersosialisasi secara umum adalah masalah yang umum terjadi dengan range 20-30% populasi anak mengalami dengan latar belakang berbeda. Sebagai catatan, tidak semua anak yang memiliki sosialisasi yang kurang kemudian menjadi bermasalah dalam bidang akademis, namun masalah ini jika dibiarkan akan menghambat kecerdasan emosinya, yang akan sangat diperlukan dalam konteks sosialisasi (berorganisasi jika disekolah, bekerja jika sudah besar nanti). Bapak M.A. telah menjelaskan sebagian dari masalah ananda, namun kami belum dapat memberikan saran secara detil. Kami hanya sampaikanbeberapa kasus serupa yang semoga cukup menjadi inspirasi awal.
Kasus pertama, ada anak pendiam karena sebab fisik, maksudnya keterbatasan fisik. Pendiamnya anak semacam ini adalah representasi rasa tidak percaya diri ketika dia membandingkan diri dengan teman seusianya yang dia rasa'tidak punya kelemahan seperti dia'. Yang dimaksud kelemahan fisik bisaberupa cacat (buta, tuli, tunadaksa), postur tubuh (terlalu pendek/tinggi,terlalu gemuk/kurus, agak bungkuk), kelincahan (kurang terampil bermainbola, sering jatuh), atau mudah sakit. Jika hal-hal semacam ini terjadi,tentunya saran yang diberikan adalah membenahi fisiknya (pengobatan atau terapi fisik), jika tidak bisa disembuhkan maka kita perlu memberikan pendampingan psikologis agar dia mau menerima dirinya dan menumbuhkanpercaya diri.
Kasus kedua, anak pendiam karena trauma. Trauma disini adalah pengalamanmasa lalu yang tidak mengenakkan atau menyakitkan hati sehingga meninggalkan bekas dalam alam bawah sadar bahwa bersosialisasi dengan orang baru itu TIDAK ENAK, atau bahkan MENGANCAM keamanan dirinya. Jenis trauma yang pernah kami dapati : disiksa secara fisik-psikologis olehorangtua/keluarga besar waktu kecil, diabaikan/ditinggalkan sendirian oleh orangtua waktu kecil, dimarahi pengasuh waktu kecil, sering dititipkan kepada orang lain sewaktu kecil, perceraian orangtua, munculnya ayah/ibu tiri pada masa kecil, atau pelecehan seksual oleh orang tidak dikenal. Untuk kasus-kasus seperti ini, maka yang disarankan adalah terapi untuk menghilangkan trauma dulu, baru membantu untuk bersosialisasi lebih baik. Terapi semacam ini harus dipandu oleh profesional.
Kasus ketiga, anak yang pendiam karena kebiasaan. Kebiasaan disini maksudnya pengondisian lingkungan yang kurang stimulasi sosial untuk anak. Misalnya, anak ini adalah anak tunggal, sehingga tidak ada saudara untuk diajak bersosialisasi. Contoh lain, anak yang tinggal di kompleks perumahan yang minim sosialisasi sehingga anak tidak terbiasa berkumpul dengan orang banyak. Bisa juga, anak yang memiliki kedua orangtua yang juga pendiam sehingga jarang berkomunikasi satu sama lain. Jika kasusnya semacam ini, maka yang perlu adalah pembiasaan yang dimulai di rumah,dilanjutkan di sekolah, dan suatu saat disimulasikan dalam konteks masyarakat umum. Perlakukan semacam ini dilakukan oleh orangtua, dengan panduan awal dari profesional.
Dengan melihat contoh kasus di atas, semoga ada sedikit gambaran tentang masalah pendiamnya anak. Jika tidak satu kasus pun yang mirip, kami kira bapak M.A. perlu mendeskripsikan masalah ananda lebih detil, agar memudahkan kami melakukan analisis. Untuk saran berikutnya, silakan hubungi kami lagi. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Kebenaran hanya milik Allah, maka jika ada kesalahan itu datangnya khilaf kami.
Wassalamu'alaikum Warahmatullohi Wabaratuh.
Hormat kami,
Tim P3H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar