Jumat, 29 Januari 2010

Mutiara Hikmah tentang Orangtua dan Anak


Allah SWT telah mengingatkan kita tentang hakikat anak bagi orangtua, bahwa anak-anak adalah ujian bagi orangtuanya. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara pasangan-pasangan hidupmu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya harta-harta kamu, dan anak-anak kamu adalah ujian (bagimu); di sisi Allah ada ganjaran (pahala) yang besar” (QS At Taghaabun [64]:14-15). Jika anak-anak kita tumbuh dengan baik dan menyenangkan hati orangtua, maka itu adalah sebuah ujian tentang bagaimana orangtua bersyukur. Jika anak-anak kita tumbuh dengan beberapa kekurangan dan menyusahkan orangtua, maka itu adalah ujian tentang bagaimana orangtua bersabar.
Allah juga telah menunjukkan bagaimana cara orangtua berhubungan dengan anaknya, seperti tersampaikan dalam hadits Rasulullah Saw berikut ini. “Jika seseorang telah wafat, maka putuslah segala amalnya, kecuali tiga hal: sedeqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.”(HR Muslim). Oleh karena itu, orangtua berkewajiban untuk mendidik anaknya menjadi anak yang shalih dan berbakti pada orangtua.

Dalam suatu majelis Rasulullah mengingatkan para sahabat-sahabatnya, “Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka. Allah ‘Azza wa Jalla memberi rahmat kepada seseorang yang membantu anaknya sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.” Salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara membantu anakku sehingga ia dapat berbakti kepadaku?” Nabi Menjawab, “Menerima usahanya walaupun kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan beban yang berat, dan tidak pula memakinya dengan makian yang melukai hatinya.” (HR Abu Daud)
Pada kesempatan lain Rasulullah berkata, “Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya. Siapa yang mengembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau (bercanda) untuk menyenangkan hati anaknya, maka ia bagaikan menangis karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla” (HR Abu Daud dan At Tirmidzi)
Hadits Rasulullah diatas menjelaskan, “Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan menjadi sepertinya.” Adalah sebuah ungkapan yang amat sederhana yang memiliki arti: keterikatan batin yang amat dalam agar anak dan orangtua dapat saling memahami, menjadi sahabat dan teman saling bertukar pikiran. Berapa banyak anak-anak kita yang tidak lagi merasakan dapat bermain bersama orangtuanya dan saling memahami karena kesibukan orang tua dalam hal mencari keduniaan?

2 komentar:

  1. hello... hapi blogging... have a nice day! just visiting here....

    BalasHapus