Jumat, 20 Maret 2009

Mengapa Anak Berbohong?

Saya memiliki seorang siswa yang sangat suka berbohong. Guru-guru telah mencoba untuk mendekati secara personal untuk meraih kepercayaanya, begitu pula saya sebagai konselor. Tetapi hubungan yang hangat dengan kepercayaan tidak pernah berlangsung lama. Dia selalu saja berbohong dan berbohong untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang dia buat. Ia berbohong tentang kemana dia pergi, kenapa dia tidak mengerjakan PR, kenapa ia selalu melanggar aturan, dan masih banyak lagi. Meskipun kebohongan itu selalu terungkap di belakang hari, ia tak jera juga untuk berbohong.

Setiap perilaku ada sebabnya. Anak ini dibesarkan dengan pola asuh yang kurang baik sebab dia telah berada dalam kondisi rasa tidak anam yang luar biasa selama bertahun-tahun. Keluarga yang tidak harmonis telah cukup membuat di tersiksa dalam usia kanak-kanaknya. Penderitaanya ditambah dengan kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan orangtuanya. Setiap kali anak melakukan kesalahan maka hukuman fisik selalu diberlakukan. Kondisi seperti inilah yang mengajari dia untuk melakukan kebohongan.

Selama masa kecil, dia berusaha melindungi dirinya dari kekerasan dengan cara berbohong. Ketika dia berada di lingkungan lain, kebiasaan berbohong ini telah melekat dan menjadi karakternya. Setiap kali dia melakukan kesalahan atau sekedar merasa sedikit bersalah, refleks pertama yang dilakukan adalah berbohong.

Lingkungan keluarga yang tidak memberikan rasa aman akan membuat anak-anak merasa ketakutan. Setiap kali membuat kesalahan dia akan dihukum baik secara fisik maupun psikologis. Ketika berbuat salah anak merasa ketakutan maka untuk menghindari hukuman dia melindungi dirinya dengan cara berbohong. Berbohong dilakukan dengan memberikan alasan sedemikian rupa untuk menghindari hukuman. Alasan-alasan yang buat seringkali bukan alasan sebenarnya. Ketika berbohong menjadi kebiasaan, maka anak ini memiliki karakter tidak jujur.

Orang biasanya berbohong untuk menghindari rasa malu atau hukuman karena melakukan suatu kesalahan. Saat mereka berusaha menutupi kebohongan, segalanya menjadi rumit, karena mereka harus mengingat apa yang diucapkan padahal itu sesuatu yang tidak mereka lakukan. Betapa besar tenaga yang dibutuhkan untuk menutupi kebohongan dibanding sebentar untuk menceritakan kebenaran. Berbicara benar membuat kita merasa lebih baik dan dapat memperbaiki hubungan. Kita menjadi bebas dari kekhawatiran yang berada dibalik kebohongan (Diane Tillman, 2003). Oleh karena itu, untuk menghindari anak-anak berbohong, orangtua harus menciptakan rasa aman bagi anak-anak mereka. Komunikasi yang terbuka dan perhatian yang hangat antar orangtua dan anak-anak juga akan mendorong mereka untuk selalu bersikap jujur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar